Rabu, 31 Maret 2010

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik, serta inayah–Nya kami dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dan dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan syukur inilah, Allah senantiasa menambah cakrawala berpikir kami dan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan isi dari makalah ini.
Selanjutnya kami tak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada dosen pembina yang telah banyak membimbing kami.
Harapan yang paling berguna bagi penyusun adalah apabila dalam makalah ini terdapat suatu kekhilafan, kami minta saran dan kritiknya yang bersifat konstruktif, karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami minta maaf yang tiada batasnya. Semoga menjadi amal baik kami dan bermanfaat kepada kita semua. Amin.



PENDAHULUAN



A. Latar Balakang Masalah

Diketahui secara umum bahwa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan saat yang paling menentukan kualitas perkembangan anak. Perkembangan anak meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif berkaitan dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan. Afektif berkaitan dengan perasaan atau emosi. Sedangkan psikomotorik merupakan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental.
Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi. Pada umumnya kegiatan bermain dan belajar di dalam ruangan, hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas anak yang terlihat dari perilakunya selama berada di dalam ruangan. Perilaku itu juga merupakan perwujudan dari aspek perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian antara teori dengan penerapan proses belajar anak didik terhadap kognitif, afektif, dan psikomotoriknya ?
2. Bagaimana pengaruh proses belajar anak didik terhadap kognitif, afektif, dan psikomotoriknya ?


PEMBAHASAN

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



Pengukuran dalam sekolah berkaitan hanya dengan pencandraan (deskripsi) kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya atau nilai tingkah laku yang diukur itu. Sepertihalnya tes, pengukuranpun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur. Pengukuran sebuah silinder, misalnya hanya membuahkan data mengenai beberapa centimeter persegi luas alasnya dan berapa tingginya.
Adapun suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur.
Untuk mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu :
1. Mengidentifikasi orang yang hendak diukur itu;
2. Mengidentifikasi karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu ; dan
3. Menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik tersebut.
Definisi diataspun menyiarkan bahwa aspek terpenting dari pengukuran adalah (skor) yang diberikan itu tetap mempertahankan hubungan antar manusia seperti yang ada dalam kenyataannya.

A. Pengukuran Ranah Kognitif

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif.


B. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan ;
1. Menerima
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya).
2. Menjawab
Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
3. Menilai
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu.
4. Organisasi
Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yamg berbeda, menyelesikan/memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.
5. Karakteristik dengan satu nilai atau komplek nilai.
Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik "pola hidup". Jadi, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.


C. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Meskipun peranan ranah psikomotor semakin dirasakan pentingnya, namun tidak dibicarakan meluas dalam lingkup tulisan ini, sedangkan psikomotorik sendiri terfokus pada tingkah laku seseorang (tindakan).
Perkembangan seseorang atau anak didik meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan ruang belajar dan bermain dimana anak didik itu belajar.
Dengan menganalisa perkembangan anak didik dari ketiga aspek tersebut diharapkan hasil yang dicapai menunjukkan bahwa penerapan ruang belajar dan bermain dimana anak didik tersebut belajar sesuai dengan teori maupun pedoman kependidikan.


PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik. Sehingga dapat melihat skor yang didapat oleh anak didik tersebut.
Untuk itulah kemampuan (skil) dapat terkontrol sejak awal masuk sekolah hingga akan mendapatkan peningkatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan anak didik itu sendiri.
Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk diketahui dalam proses belajar mengajar, fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa atau anak didik mampu mengaplikasikan apa yang telah didapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar