Rabu, 23 Juni 2010

Kumpulan Judul Skripsi untuk MI dan MTs

1. ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GAHAZALI DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL
2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA TAMBAN BARU TENGAH KECAMATAN KAPUAS KUALA KABUPATEN KAPUAS
3. HUBUNGAN ANTARA SIKAP KEAGAMAAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN ANJIR SERAPAT TIMUR II KECAMATAN KAPUAS TIMUR KABUPATEN KAPUAS
4. HUBUNGAN BEKERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH (MA) NURUL HIKMAH KELURAHAN PALAM BANJARBARU
5. INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MALIKU BARU KECAMATAN MALIKU KABUPATEN PULANG PISAU
6. KEMAMPUAN BERDISKUSI MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MADRASAH TSANAWIYAH NURUL IMAN KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS
7. KEMAMPUAN SISWA DALAM BERDISKUSI MATERI PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS
8. KESIAPAN GURU DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI MADRASAH ALIYAH FAJAR ISLAM BASARANG KABUPATEN KAPUAS’
9. KONTRIBUSI KELUARGA SAKINAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK UNTUK TINGKAT MTS DI DESA SUNGAI TATAS HANDIL SELAT SIMIN KEC. PULAU PETAK KABUPATEN KUALA KAPUAS TAHUN PELAJARAN 2007-2008
10. KORELASI KEMAMPUAN BERDISKUSI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH FAJAR ISLAM KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS
11. KORELASI MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS (STUDI PADA KEPERAWATAN RUANG ANGGREK
12. MINAT ANAK ANAK KELUARGA MUSLIM DALAM BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN DI TK NURUL MUBIN KABUPATEN KAPUAS
13. MINAT BACA MAHASISWA STAI AL FALAH TERHADAP REFERENSI PERKULIAHAN DI PERPUSTAKAAN
14. MINAT SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA MIN SELAT HULU UNIT I KUALA KAPUAS
16. MOTIVASI ANAK LULUSAN SDMI UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTP DI DESA PANGKALAN SARI KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS
16. PARTISIPASI ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SDN ANJIR SERAPAT TIMUR II KECAMATAN KAPUAS TIMUR KABUPATEN KAPUAS
17. PELAKSANAAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUL KHAIR LUPAK DALAM KECAMATAN KAPUAS KUALA KABUPATEN KAPUAS
18. PELAKSANAAN BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU BIMBINGAN DAN PENYULUHAN PADA MADRASAH ALIYAH MANARUL HUDA KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS
19. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH AL FALAH PUTERA BANJARBARU
PELAKSANAAN PENDIDIKAN PADA PONDOK PESANTREN NURUL IMAN KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH
20. PELAKSANAAN PENILAIAN BAHASA INDONESIA BERBASIS KELAS DI SDN ANJIR MAMBULAU TIMUR V KUALA KAPUAS
PEMBELAJARAN SKI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING PADA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KUALA KAPUAS
21. PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA DESA TIBUNG RAYA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
22. PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAANN TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA DESA TIBUNG RAYA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
23. PENDIDIKAN AGAMA DI RUMAH TANGGA DESA PULAU MAMBULAU RT.II. KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS
24. PENDIDIKAN SHALAT DALAM KELUARGA DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH BANJARBARU
25. PENERAPAN METODE IMLA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB KELAS IV MADRAHASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAN DI DESA MINTIN I
26. PENGAMALAN AJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PANTI ASUHAN BUDI SEJAHTERA DI KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KUALA KAPUAS
27. PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA BABUSSALAM MAMPAI
28. PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK UNTUK BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN DI MIS ASASUSSALAM ANJIR SEBERANG PASAR I KM 15,5 KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPETEN BARITO KUALA
29. PERANAN YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-AMIN TERHADAP PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK TERLANTAR DI SEI TATAS KECAMATAN PULAU PETAK
30. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG IKUT ORANG TUA DENGAN SISWA YANG IKUT WALI” DI MA ISLAMIYAH KUALA KAPUAS TAHUN 2008-2009
31. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG IKUT ORANG TUA DENGAN SISWA YANG IKUT WALI” DI MA ISLAMIYAH KUALA KAPUAS TAHUN 2008-2009
32. PERSEPSI SISWA TERHADAP PERFORMANCE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT AL-AMIN KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS
33. PROGRAM PEMBERANTASAN PUTUS SEKOLAH MELALUI PROGRAM BELAJAR PAKET DI DESA KADAUNG KECAMATAN BASARANG
34. PROSES BIMBINGAN KEAGAMAAN OLEH ORANG TUA (STUDI 3 KELUARGA) DI DESA MINTIN KECAMATAN KAHAYAN HILIR KABUPATEN PULANG PISAU
35. PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA ARAB PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) MURUNG KERAMAT KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS
36. STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEAGAMAAN SISWA DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN
37. STUDI KORELASI ANTARA MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI MTs. NURUL IMAN KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS
38. STUDI KORELASI ANTARA SIKAP KEAGAMAAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SMPN 2 KAPUAS KUALA
39. STUDI PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA PADA SMPN 1 KAPUAS BARAT
40. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA ANAK PEGAWAI NEGERI DAN PEDAGANG DI MTs NEGERI SELAT KUALA KAPUAS
41. STUDI PROSES BIMBINGAN BELAJAR DAN MINAT PADA MIS JAMIYATUL WASHLIYAH KECAMATAN PULAU PETAK
42. STUDI TENTANG AKTIVITAS KEAGAMAAN PADA MASYARAKAT ANJIR SERAPAT TENGAH KECAMATAN KAPUAS TIMUR KABUPATEN KAPUAS
43. STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA HURUF MELALUI PAKET A DI DESA PANARUNG KECAMATAN BASARANG KABUPATEN KAPUAS
44. USAHA GURU DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK SEJAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK NURUL IMAN KUALA KAPUAS

Rabu, 28 April 2010

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU DOMINO PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU DOMINO PADA MATERI
BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION









SITI KHOMSATUN
0701060097


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2010



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi matematika seringnya dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami penerapannya, baik teori maupun konsep-konsepnya sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang belum sesuai dengan harapan guru dan siswa.
Dalam pembelajaran matematika diharapkan agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep dan prinsip-prinsip penerapannya, maka konsep-konsep yang menjadi dasar ilmu harus diberikan siswa secara benar dan penekanannya pada kegiatan pengamatan secara langsung ditrasfer kepada orang lain. Mentransfer konsep melalui informasi atau ceramah belum tentu menghasilkan konsep yang jelas secara keseluruhan malah mungkin akan menimbulkan salah konsep. Untuk itu diperlukan interaksi mengajar yang baik antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar.
Agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik antar guru dengan siswa, maka seorang guru harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa serta pemilihan metode dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan media pembelajran dalam pengajaran matematika diharapkan dapat mempermudah siswa untuk menerima dan memahami matematika.
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran, media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada proses belajar mengajar. Banyak macam media pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu cara penyajian materi pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar adalah dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino.
Kartu domino disini bukanlah suatu kartu yang digunakan oleh orang untuk berjudi, melainkan suatu media untuk pembelajaran yang bentuknya dibuat seperti kartu domino untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika.
Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu kartu domino juga digunakan untuk menghafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta digunakan untuk menghafal bangun-bangun geometri. Darhim (2001:314)
Dalam pembelajaran matematika dengan mengunakan media pembelajaran kartu domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu domino ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana efektivitas media pembelajaran kartu domino tersebut digunakan dalam pembelajaran matematika.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dengan mendasarkan pada latar belakang sebagaiman diuraikan diatas maka masalah yang ingin diteliti adalah sebagai berikut :
1. Implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino.
2. Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan kartu domino.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk menegetahui implementasi pembelajaran pecahan dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino.
2. Untuk mengetahui ketuntasan siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai motivasi bagi guru untuk mererapkan metode mengajar dan media pembelajaran dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar matematika.
2. Sebagai masukan bagi guru atau calon guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar matematika.
3. Bagi siswa, dapat menyelesaikan permasalahan dengan cara berfikir kritis maupun dengan kelompok.

.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. PENGERTIAN KARTU DOMINO
Kartu domino disini bukanlah suatu kartu yang digunakan oleh orang untuk berjudi, melainkan suatu media untuk pembelajaran yang bentuknya dibuat seperti kartu domino untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika.
Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu kartu domino juga digunakan untuk menghafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta digunakan untuk menghafal bangun-bangun geometri. Darhim (2001:314)
Dibawah ini akan diberikan contoh beberapa gambar kartu domino.





2. PENGERTIAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika. Menurut Hadi (2003:1) Realistic Mathematic Education (RME) yang dalam makna Indonesia berarti Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal (Suharta, 2005:2). Teori ini telah diadaptasi dan digunakan di banyak negara di dunia, seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan, Brazil, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia (De Lange dalam Sriyanto, 2006:2).
Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Suharta, 2005:2).
3. KARAKTERISTIK REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)
Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2), karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) dan dijelaskan sebagai berikut :
• Menggunakan konteks “dunia nyata”
Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata yang dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan matematika dalam sehari-hari.
• Menggunakan model-model (matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model-model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for masalah sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.
• Menggunakan produksi dan konstruksi
Dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.
• Menggunakan interaktif
Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

• Menggunakan keterkaitan (intertwinment)
Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
4. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)
Adapun langkah-langkah pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (Suharta, 2005:5) adalah sebagai berikut :

Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
• Guru memberikan siswa masalah kontekstual. • Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi informal.
• Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka. Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut.
• Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya. Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan.
• Guru mengenalkan istilah konsep. • Siswa merumuskan bentuk matematika formal.
• Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. • Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.




5. MATERI BILANGAN PECAHAN

BILANGAN PECAHAN
Pengertian
• Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh.
• Terdiri dari pembilang dan penyebut.
• Pembilangan merupakan bilangan terbagi.
• Penyebut merupakan bilangan pembagi
Rumus pecahan

Contoh :
4  pembilang
5  penyebut

Jenis-Jenis Pecahan
1. Pecahan biasa
• Bilangan pecahan yang hanya terdiri atas pembilang dan penyebut.
• Contoh :

2. Pecahan Campuran
• Bilangan pecahan yang terdiri atas bilangan utuh, pembilang dan penyebut.
• Contoh:

6 : bilangan utuh
2 : pembilang
3 : penyebut


12 : bilangan utuh
7 : pembilang
8 : penyebut

27 : bilangan utuh
1 : pembilang
5 : penyebut
3. Pecahan Desimal
• Merupakan bilangan yang didapat dari hasil pembagian suatu bilangan dengan 10, 100, 1.000, 10.000 dst.
• Ditulis dengan menggunakan koma (,)
• Contoh :
0,3  didapat dari 3 dibagi 10
0,65  didapat dari 65 dibagi 100
0.009  didapat dari 9 dibagi 1.000
1,45  didapat dari 145 dibagi 100
2,017  didapat dari 2.017 dibagi 1.000

4. Pecahan Persen
• Persen artinya perseratus.
• Merupakan suatu bilangan dibagi dengan seratus.
• Contoh :
2 % artinya = 0,02
15 % artinya = 0,15
5. Pecahan Permil
• Permil artinya perseribu.
• Merupakan suatu bilangan dibagi seribu
• Ditulis dengan tanda ‰
• Contoh :
15‰ Dibaca 15 permil
Artinya 15 per 1.000 (0,015)
115‰ Dibaca 115 permil
Artinya 115 per 1.000 (0,115)
245‰ Dibaca 245 permil
Artinya 245 per 1.000 (0,245)



MENENTUKAN PECAHAN SENILAI
• Pecahan senilai merupakan pecahan yang mempunyai nilai sama
• Rumus :





• Contoh :
=
¬ =
MENGUBAH PECAHAN BIASA MENJADI PERSEN
• Rumus :


• Contoh :




MENGUBAH PECAHAN BIASA MENJADI PECAHAN CAMPURAN
• Rumus :



• Contoh :


MENGUBAH BILANGAN PECAHAN CAMPURAN MENJADI PECAHAN BIASA

• Rumus :




• Contoh :



6. KERANGKA BERFIKIR
Secara umum hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika masih berada dalam tataran rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep dasar matematika guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan model ataupun pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok. Model atau pendekatan ini haruslah sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta dapat mengoptimalkan suasana belajar.
Salah satu pendekatan yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif adalah pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah suatu pendekatan yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika formalnya melalui masalah-masalah realitas yang ada. Dengan pendekatan ini siswa tidak hanya mudah menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak cepat lupa dengan apa yang telah diperolehnya tersebut. Pendekatan ini pula tepat diterapkan dalam mengajarkan konsep-konsep dasar dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka pendekatan ini dapat dikatakan efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dari pada pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
B. PENGGUNAAN MEDIA KATU DOMINO PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

• Pada awal pembelajaran, guru menceritakan kepada siswa bahwa seorang ibu ingin membagi 1 potong kue cake kepada 4 orang anaknya sedemikian rupa sehingga setiap anak mendapat bagian yang sama. Setelah itu, guru mengelompokkan siswa beberapa menjadi 2 kelompok dengan anggota masing-masing 4 anak dan 5 anak. Kelompok pertama yang terdiri dari 4 anak diberi 1 lembar kertas berbentuk lingkaran yang sama besar sebagai model kue cake dan sebuah gunting, lalu diminta membagi lembar kertas berbentuk lingkaran itu di antara mereka sehingga setiap anggota menerima bagian yang sama besar. Guru memberi waktu kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. Setelah waktu yang diberikan habis, setiap kelompok diberi kesempatan untuk menyajikan cara yang mereka tempuh untuk menyelesaikan masalah, sedangkan kelompok lain memberi kritik dan saran. Kemudian kelompok kedua yang terdiri dari 5 anak juga diberi 1 lembar kertas berbentuk lingkaran yang sama besar sebagai model kue cake dan sebuah gunting, dan diminta membagi kertas berbentuk lingkaran kepada anggota kelompok sehingga setiap anggota menerima bagian sama besar. Guru memberi waktu kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. Setelah waktu yang diberikan habis, setiap kelompok diberi kesempatan untuk menyajikan cara yang mereka tempuh untuk menyelesaikan masalah, sedangkan kelompok lain memberi kritik dan saran.
• Pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya memperhatikan kegiatan setiap kelompok membagi ”kue” yang diberikan dan memberi bantuan jika diperlukan. Kemudian guru memberi kesempatan kepada wakil setiap kelompok untuk menyajikan cara mereka membagi ”kue” dan kelompok lain memberi kritik dan saran. Selain itu, siswa juga diminta mendiskusikan potongan mana yang lebih besar (”kue” yang dibagi 4 atau yang dibagi 5). Guru mengarahkan siswa dalam diskusi kelas untuk membuat kesimpulan bersama tentang arti bilangan pecahan dan cara mengurutkannya. Nah, pada kegiatan yang ini kita bisa juga menggunakan kartu domino jenis pecahan bilang untuk mengetahui besar bagian kue untuk kelompok 1 dan 2.


Bagian untuk kelompok pertama, 1 lembar kertas dibagi untuk 4 anak.
Bagian untuk kelompok kedua, 1 lembar kertas dibagi untuk 5 anak

Dari gambar bisa kita lihat bahwa bagian yang didapat oleh kelompok pertama lebih besar dari bagian yang didapat oleh kelompok kedua. Disini dapt kita simpulkan bahwa lebih besar dari .
• Sebagai penutup, siswa diminta mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi perbandingan pecahan. Pada akhir pelajaran guru mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan apa yang sudah mereka kerjakan dan pelajari.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan ”pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dirasa lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Bilangan Pecahan”.

DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Anonim. 1994. Petunjuk Pelaksanaan PBM. Depdikbud. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi III. Rineka Cipta. Jakarta.


DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa magsud dari ”Siswa merumuskan bentuk matematika formal?”
”Siswa merumuskan bentuk matematika formal” ialah siswa memtatematikakan bentuk soal cerita. Misalkan guru memberikan sebuah soal cerita pada siswa
”Anak-anak, disini Ibu punya 15 buah permen. Nantinya permen ini akan Ibu bagikan kepada 5 anak, dan masing-masing anak mendapatkan jumlah permen yang sama. Maka masing-masing anak akan mendapatkan permen berapa buah?”
Dari pertanyaan tersebut tentu saja siswa dituntut untuk memtransfer soal cerita yang sifatnya abstrak menjadi sebuah soal yang berbentuk matematika formal.
Maka siswa menjawab ”15 : 5 = 3”
Nah, jawaban dari siswa seperti diatas itulah yang disebut bentuk matematika formal.
2. Apa kelemahan dari model pembelajaran Realistic Mathematic Education?
• Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.
• Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah.
• Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai.
• Belum ada pedoman penilaian, sehingga merasa kesulitan dalam evaluasi/memberi nilai.
3. Bagaimana cara untuk mengatasi kemampuan siswa yang berbea-beda dalam menyelesaikan suatu soal, karena kecerdasan pada masing-masing siswa berbeda?
Hendaknya guru memberikan soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dan setiap soal tersebut diberikan tenggang waktu yang berbeda-beda pula untuk mengerjakanya berdasarkan tingkat kesulitan dari soal tersebut. Jadi siswapun akan berusaha untuk mengerjakan soal dengan waktu yang sudah ditentukan.
4. “digunakan untuk menghafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta digunakan untuk menghafal bangun-bangun geometri” Bagaimana cara menggunakannya?
Kartu domino terdapat berberapa jenis, dan penggunaanya pun berbeda-beda tergantung dari jenis kartunya.
Kartu domino jenis penjumlahan pecahan ini digunakan untuk aktivitas penjumlahan bilangan pecahan. Ruas kiri adalah soal penjumlahan pecahanya dan ruas kanan adalah hasil penjumlahan.
Kartu domino jenis pengurangan pecahan ini digunakan untuk aktivitas pengurangan bilangan pecahan. Ruas kiri adalah soal pengurangan pecahanya dan ruas kanan adalah hasil pengurangan.
Kartu domino jenis perkalian pecahan ini digunakan untuk aktivitas perkalian bilangan pecahan. Ruas kiri adalah soal perkalian pecahannya dan ruas kanan adalah hasil perkalian.
Kartu domino jenis pembagian pecahan ini digunakan untuk aktivitas pembagian bilangan pecahan. Ruas kiri adalah soal pembagian pecahannya dan ruas kanan adalah hasil pembagian.
Kartu domino jenis bangun datar ini ini digunakan untuk aktivitas menghafal bentuk dan nama-nama bangun datar atau bangun geometri yang lainya. Ruas kiri adalah gambar bangun geometrinya dan ruas kanan adalah nama dari bangun geometi.

Bentuk kartu domino tentu saja bisa dibuat dengan bervariasi sesuai dengan keinginan dan kegunaan kartu domino itu sendiri dalam pembelajaran.
5. Bagaimana bentuk kartu domino yang digunakan pada materi pecahan?
Dibawah ini akan saya perlihatkan beberapa contoh gambar kartu domino yang digunakan pada materi pecahan.





6. Pengertian kata “abstraksi dan formalisasi”?
Abstraksi dan formalisasi adalah suatu proses pemahaman dalam kegiatan belajar mengajar matematika, khususnya jika menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematic Education. Abstraksi adalah proses dimana siswa membayangkan kejadian dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Misalnya kegiatan membagi permen, membeli makan dll. Dan formalisasi adalah kegiatan dimana siswa mengubah bentuk abstrak pada kegiatan sehari-hari ke dalam bentuk matematika. Misalnya dalam kegiatan membeli makan. Seorang siswa membeli sejumlah makanan di kantin, Dia harus membayar Rp. 4000,- untuk makanan yang dibelinya, dan Dia memberikan uang Rp. 10.000,- untuk membayar makanan tersebut. Maka Dia akan mendapat uang kembalian Rp. 6000,-
Dalam matematika formal kegiatan ini akan menjadi:
10.000 – 4.000 = 6.000
Rangkaian kegiatan diatas itulah yang dinamakan ”abstraksi dan Formalisasi”
7. Dimana penggunaan kartu dominonya?
Kartu domino digunakan pada langakah aktifitas Guru dan Siswa pada poin yang ke 2:
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
• Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka. • Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut.

Ketika guru memberikan sebuah soal atau permasalahan maka siswa dapat menggunakan kartu domino untuk menyelesaikannya.

Rabu, 31 Maret 2010

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik, serta inayah–Nya kami dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dan dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan syukur inilah, Allah senantiasa menambah cakrawala berpikir kami dan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan isi dari makalah ini.
Selanjutnya kami tak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada dosen pembina yang telah banyak membimbing kami.
Harapan yang paling berguna bagi penyusun adalah apabila dalam makalah ini terdapat suatu kekhilafan, kami minta saran dan kritiknya yang bersifat konstruktif, karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami minta maaf yang tiada batasnya. Semoga menjadi amal baik kami dan bermanfaat kepada kita semua. Amin.



PENDAHULUAN



A. Latar Balakang Masalah

Diketahui secara umum bahwa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan saat yang paling menentukan kualitas perkembangan anak. Perkembangan anak meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif berkaitan dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan. Afektif berkaitan dengan perasaan atau emosi. Sedangkan psikomotorik merupakan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental.
Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi. Pada umumnya kegiatan bermain dan belajar di dalam ruangan, hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas anak yang terlihat dari perilakunya selama berada di dalam ruangan. Perilaku itu juga merupakan perwujudan dari aspek perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian antara teori dengan penerapan proses belajar anak didik terhadap kognitif, afektif, dan psikomotoriknya ?
2. Bagaimana pengaruh proses belajar anak didik terhadap kognitif, afektif, dan psikomotoriknya ?


PEMBAHASAN

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



Pengukuran dalam sekolah berkaitan hanya dengan pencandraan (deskripsi) kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya atau nilai tingkah laku yang diukur itu. Sepertihalnya tes, pengukuranpun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur. Pengukuran sebuah silinder, misalnya hanya membuahkan data mengenai beberapa centimeter persegi luas alasnya dan berapa tingginya.
Adapun suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur.
Untuk mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu :
1. Mengidentifikasi orang yang hendak diukur itu;
2. Mengidentifikasi karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu ; dan
3. Menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik tersebut.
Definisi diataspun menyiarkan bahwa aspek terpenting dari pengukuran adalah (skor) yang diberikan itu tetap mempertahankan hubungan antar manusia seperti yang ada dalam kenyataannya.

A. Pengukuran Ranah Kognitif

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif.


B. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan ;
1. Menerima
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya).
2. Menjawab
Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
3. Menilai
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu.
4. Organisasi
Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yamg berbeda, menyelesikan/memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.
5. Karakteristik dengan satu nilai atau komplek nilai.
Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik "pola hidup". Jadi, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.


C. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Meskipun peranan ranah psikomotor semakin dirasakan pentingnya, namun tidak dibicarakan meluas dalam lingkup tulisan ini, sedangkan psikomotorik sendiri terfokus pada tingkah laku seseorang (tindakan).
Perkembangan seseorang atau anak didik meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan ruang belajar dan bermain dimana anak didik itu belajar.
Dengan menganalisa perkembangan anak didik dari ketiga aspek tersebut diharapkan hasil yang dicapai menunjukkan bahwa penerapan ruang belajar dan bermain dimana anak didik tersebut belajar sesuai dengan teori maupun pedoman kependidikan.


PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik. Sehingga dapat melihat skor yang didapat oleh anak didik tersebut.
Untuk itulah kemampuan (skil) dapat terkontrol sejak awal masuk sekolah hingga akan mendapatkan peningkatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan anak didik itu sendiri.
Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk diketahui dalam proses belajar mengajar, fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa atau anak didik mampu mengaplikasikan apa yang telah didapat.

Rabu, 24 Maret 2010

KESULITAN SISWA SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Mendengar tentang Matematika tidaklah asing lagi bagi kita, yang mana Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dalam salah satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberikan kepada siswa mulai dari SD untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, dan kritis. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Untuk mempelajari Matematika diperlukan suatu kecerdasan dan keuletan yang matang, karena mata pelajaran ini dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan siswa banyak yang sudah mengganggap bahwa Matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga siswa malas untuk mempelajarinya. Bisa juga disebabkan oleh cara penyampaian guru terhadap materi yang diajarkan kurang menarik, sehingga siswa malas untuk mengikutinya. Oleh karena itu, prestasi Matematika siswa selalu berada di bawah mata pelajaran lainnya. Akan tetapi, perbaikan terhadap prestasi Matematika siswa terus dilakukan, baik dari segi materi maupun segi metode pengajarannya.
Jika dilihat dari segi kegunaan suatu ilmu dalam kehidupan manusia, maka Matematika mempunyai peran penting dalam bidang perdagangan, pertanian, pembangunan dan sebagainya. Sedangkan menurut polanya, menyelesaikan soal Matematika memuat empat (4) langkah pokok, yaitu :

1. Memahami masalah.
2. Menyusun suatu rencana penyelesaian.
3. Melaksanakan rencana penyelesaian itu.
4. Memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan (Rey, 1984 : 36).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa empat (4) langkah pokok tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk menentukan jawaban yang benar dalam menyelesaikan soal-soal Matematika yang sulit sekalipun.

Kenyataan inilah yang mendorong dan memotivasi penulis untuk memaparkan Karya Ilmiah yang berjudul :

KESULITAN SISWA SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

2. Apakah penyebab kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

3. Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

2. Untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

3. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.



BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah :

1. Belajar adalah suatu usaha untuk mencari pengertian, makna, dan pemahaman. Bila usaha ini gagal, maka anak akan gagal dalam pelajarannya (Dewa Ketut Sukardi, 1983 : 29).

2. Belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang perorangan sebagai suatu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyata, 2002 : 156).

3. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Abu Ahmadi, 1991 : 122).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang memungkinkan pada perubahan perilaku individu, baik yang alami maupun yang sengaja dirancang.

Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan, maka setiap siswa harus mempunyai kesiapan belajar yang baik, karena kesiapan belajar ini adalah salah satu faktor berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

B. Pengertian Matematika dan Hakekat Matematika

Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang Matematika, namun sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi Matematika.

Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Sedangkan secara etimologi, Matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan, matheis yang berarti mempelajari, dan mathein yang berarti belajar. Jadi, hakekat Matematika adalah ilmu tentang bagaimana mempelajari atau memahami pengetahuan (Jaelani, 1990 : 16).

Unsur utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Namun, materi Matematika dan penalaran Matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi Matematika dipahami malalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi Matematika.

Pada pembelajaran Matematika, pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif – deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep Matematika. Prinsip pembelajaran Matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap siswa yang kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif.

C. Kesulitan Siswa SD dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Pada umumnya “kesulitan” merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menghasilkan hasil belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah keadaan dimana siswa mengalami hambatan dalam belajar, sehingga tidak memenuhi harapan-harapan yang diinginkan dalam berbagai jenis mata pelajaran termasuk Matematika.

Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh masalah karakteristik Matematika, masalah siswa, ataupun masalah guru.

1. Karakteristik Matematika

Karakteristik Matematika yaitu objeknya abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya banyak memanipulasi bentuk-bentuk. Siswa memerlukan waktu dan peragaan dalam menangkap konsep yang abstrak itu. Siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep berikutnya, jika konsep yang sebelumnya tidak terbentuk dengan benar.

2. Masalah siswa

Setiap siswa mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda dan gaya belajar yang berbeda pula. Mereka mempunyai kecenderungan untuk membentuk konsep sendiri yang akhirnya membentuk miskonsepsi. Selain itu, mereka juga kurang dalam latihan mengerjakan soal-soal Matematika.

3. Masalah guru

Setiap guru mempunyai persepsi sendiri tentang Matematika, hakekat belajar, dan mengajar. Mereka mempunyai gaya mengajar atau metode mengajar sendiri. Selain itu, mereka juga mempunyai keterbatasan pengetahuan dan keterampilan (Mohammad Soleh, 1998 : 34 – 39).

D. Penyebab Kesulitan Siswa SD dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan siswa, tidaklah selalu lancar seperti apa yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami berbagai kesulitan atau hambatan yang harus dihindari. Dan pengaruh tersebut sebaiknya bukanlah faktor penghambat yang harus dihindari, tetapi harus dicari jalan penyelesaian yang terbaik dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, sehingga prestasi yang diharapkan bisa tercapai.

Adapun penyebab kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika dibagi menjadi dua (2) faktor, yaitu :

1. Faktor Endogen
Faktor endogen adalah faktor yang datang dari dalam diri anak itu sendiri.

a. Biologis
Faktor penghambat biologis adalah faktor yang secara langsung berhubungan dengan jasmani anak, seperti kesehatan, cacat badan, dan sebagainya.
b. Psikologi
Faktor penghambat psikologi adalah faktor yang berhubungan dengan kejiwaan atau rohani yang berupa IQ, motivasi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi.

2. Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar maupun dalam diri anak itu sendiri.
a. Faktor lingkungan keluarga
Contohnya : orang tua, suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi.
b. Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hambatan dalam kegiatan belajar siswa. Faktor tersebut antara lain :

(1) Interaksi guru dan siswa

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa menyebabkan proses belajar Matematika itu kurang lancar. Siswa merasa ada jarak dengan guru, maka mereka akan sulit untuk berpartisapasi aktif kegiatan belajar Matematika.

(2) Metode belajar mengajar

Dalam kegiatan belajar, siswa menggunakan cara belajar yang keliru, yaitu bila besok ada ulangan barulah mereka belajar terus menerus dari siang sampai malam yang biasa disebut dengan sistem wayangan. Dalam metode pengajaran, kesalahan guru dalam pemilihan metode yang tidak tepat dalam menyampaikan materi juga dapat menyebabkan siswa sulit untuk belajar Matematika, misalnya metode ceramah.

c. Faktor lingkungan masyarakat

Contohnya : media massa (TV), teman bergaul, kegiatan masyarakat, dan cara hidup berkeluarga.

Selain faktor endogen dan eksogen, ada dua (2) alternatif mengapa siswa tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang diharapkan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika, yaitu :

1. Siswa tidak disediakan waktu yang cukup.
2. Siswa tidak menggunakan sepenuhnya waktu yang disediakan.

Dengan demikian, tingkat penguasaan belajar siswa sangat tergantung kepada waktu.

E. Tindakan-Tindakan yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Kesulitan Siswa SD dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Secara operasional, tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika tersirat dalam GBPP Matematika SD tahun 1986, sebagai berikut :

1. Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan didalam dunia yang senantiasa berubah ini, melalui bertindak atas dasar pemikiran secara logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, dan efektif.

2. Mempersiapkan anak didik agar dapat menggunakan Matematika secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari dan didalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Selain itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat bagi guru merupakan salah satu tindakan mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika. Hal ini mengingat bahwa metode pengajaran merupakan komponen yang sangat penting dan membantu guru dalam proses belajar mengajar. Penerapan metode pengajaran ini dilaksanakan secara bervariasi. Adapun metode pengajaran yang sering digunakan dalam mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

1. Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadi komunikasi langsung yang bersifat two traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

Hal-hal yang diperhatikan dalam metode tanya jawab adalah :

a. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain :
(1) Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai siswa.
(2) Untuk merangsang siswa berpikir.
(3) Memberi yang belum dipahami.


b. Jenis kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran.

(1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa.
(2) Pertanyaan pikiran, untuk mengetahui sejauh mana cara anak untuk berpikir dalam menanggapi suatu pertanyaan.

c. Teknik mengajukan pertanyaan
(1) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan pada siswa.
(2) Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk kelas untuk menjawabnya.
(3) Beri waktu pada siswa untuk memeriksanya.
(4) Hargailah pendapat dari siswa.
(5) Distribusi atau pemberian pertanyaan harus merata.
(6) Buatlah ringkasan hasil tanya jawab, sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik.

Metode tanya jawab mendorong siswa untuk aktif dan dengan metode ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya tentang pelajaran yang belum dipahaminya, yang baru saja dipelajari di sekolah.

2. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas, karena bahan pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Tugas yang diberikan kepada siswa bergantung pada tujuan yang akan dicapai.

Adapun langkah-langkah metode ini adalah :
a. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :
(1) Tujuan yang akan dicapai.
(2) Jenis tugas yang jelas dan tepat, sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
(3) Sesuai kemampuan siswa.
(4) Ada membantu pekerjaan siswa, petunjuk/sumber yang dapat dipakai dalam menyelesaikan tugas itu.

(5) Sediakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut.

b. Fase siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh, dengan langkah pelaksanaan tugas sebagai berikut :

(1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
(2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
(3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri.
(4) Dianjurkan agar baik dan sistematik.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas

Hal-hal yang perlu dikerjakan dalam fase ini adalah :
(1) Laporan siswa baik lisan maupun tertulis dari apa yang telah dikerjakan.
(2) Ada tanya jawab/diskusi kelas.
(3) Penilai hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes cara lainnya.

Penggunaan metode pemberian tugas sangat berguna bagi siswa, dimana memacu siswa untuk belajar dan membantu dalam pemahaman materi. Dengan tugas ini, siswa berusaha mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan atau soal-soal yang diberikan guru pada siswa. Dengan tersebut diatas, maka akan membantu siswa untuk mengembangkan kreasinya, serta membina kedisiplinan, sehingga atas tugas yang diberikan oleh guru.

3. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses pekerjaannya, penggunaannya, komponen-komponennya yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Jadi, demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Petunjuk penggunaan metode demonstrasi, yaitu :
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Tindak lanjut

Penerapan metode ini untuk memperjelas, untuk memahami apa yang telah dipelajari, misalkan menerangkan sambil menunjukkan bendanya.

4. Metode diskusi
Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, serta menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Metode ini cocok digunakan dalam mengajar Matematika, tetapi metode ini hanya dapat diterapkan pada satuan tingkat pendidikan yang tinggi, seperti SMP dan SMA, tidak untuk siswa SD.

5. Metode kerja kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu proses belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA. Dalam pelaksanaannya, metode kerja kelompok menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan metode ini akan memerlukan waktu untuk berlatih. Metode ini sangat tepat digunakan dalam mengajar Matematika, karena siswa akan paham jika dapat berkelompok dan mengekspresikan diri dan pikirannya dalam pemecahan masalah yang sulit sekalipun.


BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam Karya Ilmiah ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Pada umumnya, kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika disebabkan oleh masalah karakteristik Matematika, masalah siswa, dan masalah guru.
2. Kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen, serta masalah waktu.
3. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan, melalui bertindak atas dasar pemikiran secara logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, dan efektif, serta penggunaan metode mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan karakteristik siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam Karya Ilmiah ini, maka ada pandangan penulis yang sekiranya dapat diangkat sebagai saran, baik untuk guru ataupun siswa, yaitu :

1. Guru
a. Guru hendaknya dapat memahami secara mendalam tentang faktor-faktor penghambat yang menyebabkan sulitnya siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.
b. Guru diharapkan pada nantinya harus menggunakan metode mengajar yang tepat, karena setiap mata pelajaran yang ada disekolah, metode mengajar yang digunakan berbeda-beda, serta harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.

2. Siswa
a. Siswa hendaknya untuk lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal Matematika, serta harus merubah cara belajarnya.
b. Siswa hendaknya menggunakan waktu seoptimal mungkin yang diberikan oleh guru dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.




DAFTAR PUSTAKA



Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Darkir. 1978. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Johnson. 1966. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Koesmartono dan Rawuh. 1972. Matematika Pendahuluan. Bandung : ITB.

Rey. 1984. Prinsip dan Teknik Belajar. Jakarta : Polya.

Rika Joni, T. 1984. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : UGM.

Sudjana, Nana. 1990. Identitas Kesulitan Belajar Matematika. Jakarta : Gramedia.

Suwarno. 1982. Dasar dan Teknik Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Transito.

Syaikat, Tatik. 2000. Jenis-Jenis Kesulitan Siswa SD dalam Belajar Matematika. Semarang : IKIP Semarang.

Syaikal, Umar. 2003. Kalimat Efektif. Bandung : Bumi Aksara.

Eng Kiat, Teh, dkk. 1992. Metode Belajar Mengajar. Malaysia : Pelangi SDN BHD.

Tim Penyusun Buku Matematika SD. 1994. Matematika SD. Semarang : UNDIP.

Zahri, Andi. 2001. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Zuhro, Romli. 1998. Kalimat Efektif dan Teknik Menulis Makalah. Yogyakarta : Andi Oset.

Jumat, 19 Maret 2010

Contoh Judul Skripsi Matematika Lagi... :)


  1. PENGAJARAN MATEMATIKA MODERN MENGENAI STATISTIK DI MTS MUHAMMADIYAH TEMPUREJO BANYU BIRU WALIKUKUN NGAWI – 86
  2. PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELJAAR DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI/AKUNTANSI BAGI SISWA SMAN YOSO WILANGUN LUMAJANG ANGKATAN TAHUN 1987 – 90
  3. DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SMP MUHAMMADIYAH 10 SAGAN YOGYAKARTA – 85
  4. PROBLEMA PENGAJARAN GEOMETRI PADA KELAS II SMP MUHAMMADIYAH MUNTILAN - 85
  5. PENELITIAN STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI EKONOMI BAGI SISWA SMP SUNAN AMPEL GONDANG LEGI MALANG – 88
  6. POKOK-POKOK OPERASI HITUNG DALAM ARITMATIKA PADA SEKOLAH LANJUTAN ATAS - 86
  7. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR BIDANG MATEMATIKA DENGAN BIDANG STUDI EKONOMI DAN KOPERASI BAGI SISWA SMP BHAKTI TUREN MALANG – 85
  8. KESULITAN KESULITAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI SD KELAS V KEC. KOTAGEDE YOGYAKARTA – 00
  9. METODE PENGAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH LUAR BIASA TUNA MENTAL SGPLB NEGERI YOGYAKARTA (TINJAUAN DESKRIPTIF) - 91
  10. METODE PENGAJARAN TENTANG PENGENALAN BANGUN-BANGUN GEOMETRI BAGI PENDERITA CACAT MENTAL [SLB-A] – 91
  11. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA DI SMA GAYO BARU SUMBER REJO GENDANGAN MALANG - 89
  12. STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BIDANG STUDI KETERAMPILAN PEMBUKUAN DI SMP PGRI I SUMBER MANJING WETAN KAB. MALANG – 89
  13. PENGARUH BUKU PENYELESAIAN MATEMATIKA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI SMA PGRI 6 KODYA MALANG – 88
  14. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG JABATAN GURU PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT MASUK PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA SISWA SMU TAHUN AJARAN 1994/1995 DI KODYA YOGYAKARTA – 95
  15. PENEYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN JUAL BELI TANAH DAN AKIBAT HUKUMNYA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN TAHUN 1988-1990 – 95
  16. HUBUNGAN ANTARA DANEM SMP DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA – 91
  17. STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA JUMLAH MODAL DENGAN JUMLAH SISA HASIL USAHA DI KPN SUBUR KEC. AMPEL GADING KAB. MALANG TAHUN 1981-1987 – 89
  18. PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI WILAYAH KUD MARGO AGUNG KEC. PURWOSARI KAB. PASURUAN TAHUN 1991-1992 – 93
  19. KAJIAN TENTANG MATRIK DALAM KAITANNYA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN – 96
  20. KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP PEMBERIAN PR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SUB TOPIK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PADA SISWA SMP PGRI 3C BLITAR – 91
  21. SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA DALAM KAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 KODYA KEDIRI – 89
  22. PERBEDAAN PRESTASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI PEMBERIAN EVALUASI DI KELAS II SMPN 2 TUREN – 89
  23. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SDN DUKUH KUPANG V/534 SURABAYA – 02
  24. STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELJAAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTP TAMAN SIDOARJO – 03
  25. PENGARUH PEMBERIAN LEMBAR PEMBAHASAN TUGAS PR SISWA TERHADAP SISWA, TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS KELA II MTS RADEN PAKU WRINGIN ANOM GRESIK – 02
  26. PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DI KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTP 35 SURABAYA – 02
  27. STUDI TENTANG PENGARUH KEKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I DI SMK BARNAWATI SURABAYA – 02
  28. PENGARUH MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DI LUAR SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELA II DI MTS SHOBRUL MA’ARIF SURABAYA – 03
  29. STUDI TENTANG PENGARUH PENILAIAN DAN PEMBAHASAN PEKERJAAN RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI BANGUN RUANG TINGKAT I SEMSESTER GENAP SMK YPM 6 BOJONEGORO TAHUN DIKLAT 2001/2002 – 02
  30. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN ALAT PERAGA DAN TANPA ALAT PERAGA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELAS IV SDN PADEMAWU BARAT II – 02
  31. STUDI TENTANG PENGARUH ANTARA FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II A SLTPN I BALONG PANGGANG GRESIK – 03
  32. ANALISIS KUMULATIF TENTANG PENGUASAAN OPERASI DASAR BILANGAN RASIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA
  33. HUBUNGAN ANTARA PERAN SERTA ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS VI DI SDN KEDUNGMORO IV NO. 309 KEC. TEGAL SARI KODYA SURABAYA – 01
  34. STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA YANG SERING DIBERIKA ULANGAN HARIAN DENGAN YANG JARANG DIBERIKAN ULANGAN HARIAN SISWA KELAS II SMUN I WARU PAMEKASAN PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA – 03
  35. PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN TUGAS RUMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS SISWA KELA II MTS BANGKALAN – 02
  36. PENGARUH SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELAS II SDN TANDES LOR II NO. 3 KEC. TANDES SURABAYA – 02
  37. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI SOAL LATIHAN DI AKHIR PELAJARAN DENGAN SISWA YANG TIDAK DIBERI SOAL LATIHAN PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA – 01
  38. PENGARUH MULTI REFCODE DAN MULTI MEDIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTPN 17 SURABAYA – 02
  39. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SDN BULUNG TAWUN IV CAWU II SUKODADI KAB. LAMONGAN – 01
  40. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIKAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS II SMU MUHAMMADIYAH OLERME TAHUN AJARAN 1999/2000 – 01
  41. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD KRISTEN GLORIA I SURABAYA – 01
  42. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG AKTIF DENGAN SISWA YANG TIDAK AKTIF DALAM KEORGANISASIAN SEKOLAH DI KELAS 12W SURABAYA TAHUN 2001/2002 – 02
  43. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG RAJIN DENGAN YANG TIDAK RAJIN BELAJAR DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SDN SIMOLAWANG KIP 156 SURABAYA – 01
  44. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR YANG MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF DENGAN TES SUBJEKTIF POKOK BAHASSAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT KELAS I SMU INTENSIF TARUNA PEMBANGUNAN SURABAYA – 03
  45. PENGARUH KECEMASAN PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KELAS II SLTP NEGERI 2 GONDANG TULUNG AGUNG – 03
  46. HUBUNGAN ANTARA BAKAT KHUSUS NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TINGKAT II PARIWISATA I SMSESTER I SMK NEGERI 4 MADIUN TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  47. STUDI KORELASI ANTARA KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS II DI SMP BUDI SEJATI SURABAYA TAHUN AJARAN 1994/1995 – 02
  48. PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM MENGAJAR MATEMATIKA (SUB MATA PELAJARAN GEOMETRI) PADA POKOK BAHASAN SIMETRI SISWA KELAS I SLTP NEGERI 30 SURABAYA – 01
  49. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I SLTP BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTP NEGERI 29 SURABAYA – 04
  50. PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTP MUHAMMADIYAH 9 SURABAYA – 03
  51. ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS II SLTP N 30 SURABAYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN JAJAR GENJANG, BELAH KETUPAT, LAYANG-LAYANG, DAN TRAPESIUM TAHUN AJARAN 2000/2001 – 03
  52. STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SLTPN 28 SURABAYA – 02
  53. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN SEMEMI 1-122 SURABAYA TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  54. STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERSAMAAN KUADRAT YANG MENGGUNAKAN METODE MEMFAKTORKAN DENGAN METODE MELENGKAPKAN KUADRAT SISWA KELAS III SLTPN NEGERI 2 SLAHUNG PONOROGO – 01
  55. PENGARUH JENIS EVALUASI TERHADAP PRESTSI BELAJAR SISWA KELAS II PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SDN BUBUTAN VIII/75 SURABAYA – 01
  56. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG HAFAL PERKALIAN DAN TIDAK HAFAL PERKALIAN PADA PENGERJAAN HITUNG CAMPURAN DI KELAS V SDN BUBUTANIX-77 SURABAYA – 01
  57. PENGARUH SIKAP DAN TINGKAT INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS III DI SLTPN 22 SURABAYA – 02
  58. KORELASI ANTARA NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN/FORMATIF DENGAN NILAI SUMATIF BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS IV CAWU I SDN SIMOKERTO III/136 SURABAYA – 02
  59. STUDI KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS I PADA SMU MUHAMMADIYAH 2 SURABAYA – 02
  60. HUBUNGAN ANTARA PERMODELAN MATEMATIKA DENGAN PENYELESAIAN SOAL CERITA DI KELAS V SDN JERUK LEGI II KEC.BALONG BENDO KAB. SIDOARJO SUB POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL – 02
  61. PENGARUH LATIHAN EBTANAS TERHADAP NILAI EBTANAS MURNI BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTPN 22 SURABAYA – 02
  62. PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MUTARA SISWA YANG DIBERI KEGIATAN REMIDI DENGAN YANG TIDAK DIBERI REMIDI SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA DI KELAS II SMU – 00
  63. PENGARUH PEMBERIAN LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I PADA SUB POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN LINIER DENGAN SATU PEUBAH DI SLTP BARUNAWATI SURABAYA - 03
  64. PENGARUH SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SLTP NEGERI 30 SURABAYA – 03
  65. STUDI KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VI SDN LIDAH KULON I SURABAYA – 02
  66. STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SLTP MUHAMMADIYAH 2 TAMAN SEPANJANG SIDOARJO – 03
  67. STUDI TENTANG PENGARUH HASIL TEH 18 TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS III IPA 4 DI SMU MUHAMMADIYAH 2 SURABAYA – 01
  68. PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG SERING DIBERI TUGAS RUMAH DENGAN YANG JARANG DIBERI TUGAS RUMAH PADA SISWA KELAS I SMU SEJAHTERA I SURABAYA – 03
  69. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI TUGAS DI RUMAH DENGAN SISWA YANG DIBERI TUGAS DI SEKOLAH DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS I SLTP PROBOLINGGO – 03
  70. STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI LES DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI TES DI KELAS II SDN NGABALREJO VII KEC. WONOKROMO KOTA SURABAYA – 01
  71. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP SISWA KELAS II SLTPN 21 SURABAYA – 01
  72. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR YANG PENGAJARANNYA SERING DIBERIKAN TUGAS YANG PENGAJARANNYA JARANG DIBERIKAN TUGAS DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS II SMUN I SAMPANG MADURA TAHUN AJARAN 2003/2004 – 03
  73. STUDI KORELASI TENTANG FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTP III SURABAYA – 03
  74. PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN DUFAN 14/8 SURABAYA – 02
  75. STUDI TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SMU BARUNAWATI SURABAYA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRINGOROWATI TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  76. STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE PEMBERIAN TUGAS KELOMPOK DENGAN PEMBERIAN TUGAS INDIVIDU TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SLTPN 36 SURABAYA – 03
  77. STUDI PERBANDINGAN PENGAJARAN MENGGUNAKAN METODE TUGAS RUMAH DAN METODE TUGAS SEKOLAH (TIDAK DIBERI PR) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PESANAN SISWA KELAS IV SDN WONOKUSUMO X/596 – 03
  78. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA STRATEGI PENGAJARAN CBSA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORS POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS II DI SLTPN 17 SURABAYA TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  79. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MEMPUNYAI KELOMPOK BELAJAR DAN SISWA YANG TIDAK MEMPUNYAI KELOMPOK BELAJAR KELAS II DI SLTPKN 3 PROBOLINGGO – 02
  80. HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN I SUKODONO SIDOARJO TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  81. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN LKS DANYANG TIDAK MENGGUNAKAN LKS PADA POKOK BAHASAN RELASI, PEMETAAN DAN GRAFIK DI SLTP II HASSUR SURABAYA TAHUN AJARAN 200/2001- 00
  82. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI TUGAS DI SEKOLAH DENGAN SISWA YANG DIBERI TUGAS DIRUMAH DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SDN WONO KUSUMO 11/4 SURABAYA – 01
  83. STUDI TENTANG PENGARUH KEGIATAN KOKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 2 DI SMU BARUNAWATI SURABAYA – 02
  84. APLIKASI PROGRAM LINIER PADA SISTEM PENERAPAN AYAM BROILER – 03
  85. STUDI PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN DENGAN YANG DIAJAR TANPA MENGGUNAKAN HITUNGAN CAMPURAN KELAS V SDN PERMISAN KEC. JABON SIDOARJO – 02
  86. ANALISIS KESALAHAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS I SLTPN 21 SURABAYA – 03
  87. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS I SLTPN 22 SURABAYA TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  88. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CERAMAH SISWA KELAS II PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER DENGAN DUA PERUBAHAN DI SLTP KEPANJEN I SURABAYA – 03
  89. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI TUGAS KELOMPOK DAN YANG DIBERI TUGAS INDIVIDU PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS II SLTPN 30 SURABAYA TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  90. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CERAMAH DAN YANG DIAJAR DENGAN METODE EKSPLOITASI DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELASI SMKN 3 KEDIRI – 03
  91. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CERAMAH DISERTAI TUGAS KELOMPOK DAN YANG DISERTAI TUGAS PERORANGAN DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS I SMKN 3 MALANG TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  92. PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS I BARUNAWATI SURABAYA – 02
  93. PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS I PARIWISATA SMKN 6 SURABAYA – 03
  94. PENGARUH FASILITAS BELAJAR DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SMK PGRI 4 SURABAYA – 02
  95. HUBUNGANA ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD KRISTEN PETRA I TEGAL SARI – 01
  96. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PEMBERIAN BIMBINGAN
  97. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELAS II SLTP 17 SURABAYA – 02
  98. STUDI TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN METODE CBSA DAN PSP TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I CAWU III SLTPN I BURREH KAB. BANGKALAN – 01
  99. STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SMU SEJAHTERA 2 SURABAYA – 02
  100. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SLTP PANCA JAYA SURABAYA – 02
  101. KOSONG
  102. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR SISWA SMKN 6 SURABAYA – 03
  103. STUDI KOMPARATIF METODE TRADISIONAL DENGAN METODE PENEMUAN PADA PENGAJARAN BIDANG MATEMATIKA POKOK BAHASAN ILMU HITUNG KEUANGAN DI KELAS II SMKN 4 MADIUN – 03
  104. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI TES KOMPARATIF DAN DIBAHAS DENGAN TES FORMATIF TIDAK DIBAHAS PADA SISWA KELAS I SMKN 8 SURABAYA TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  105. PENGARUH SIKAP DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDK SANTO YUSUF TROPODO WARU SIDOARJO – 01
  106. PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SLTP JALAN LAWA SURABAYA – 02
  107. STUDI KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PESERTA DIDIK YANG BERASAL DARI SD DAN PESERTA DIDIK YANG BERASAL DARI MADRASAH IBTIDAIYAH PADA PESERTA DIDIK MTS AL KARIMI I DUKUN GRESIK – 01
  108. KOSONG
  109. STUDI TENTANG PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPO SITORI DISERTAI TUGAS KELOMPOK DENGAN TUGAS PERORANGAN SISWA KELAS I BINA PUTRA SURABAYA – 01
  110. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG PEKERJAAN RUMAHNYA DIKOREKSI DAN DIBAHAS DENGAN DIKOREKSI TANPA DI BAHAS DIKELAS I SLTP 39 JL. RAYA PRAPEN JAWO SURABAYA – 01
  111. HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA – 03
  112. HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III SDN BENOWO 14 II 27 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2001/2002 – 02
  113. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN LKS DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN LKS PADA POKOK BAHASAN KESALAHAN PENGUKURAN KELAS I SMKN 4 MADIUN TAHUN AJARAN 2001/2002 – 03
  114. STUDI BANDING PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MASUK PAGI DAN SORE KELAS II SDN BABAT JERAWAT I/118 SURABAYA TAHUN AJARAN 2000/2001 – 02
  115. PENGARUH ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP RADEN RAHMAT SURABAYA – 01
  116. PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DI KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTPN 35 SURABAYA – 02
  117. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI TUGAS SECARA KELOMPOK DENGAN SISWA YANG DIBERI TUGAS SECARA INDIVIDUAL PADA PENGAJARAN SOAL CERITA DI SDN TEMBOK DUKUH III-86 SURABAYA – 02
  118. PENGARUH KETERAMPILAN MENTAL ARITMETIKA (SEMPOA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SDN KEPUH KEBUMEN I WARU –SIDOARJO KELAS IV TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  119. PENGARUH LETAK PENGATURAN JADWAL PELAJARAN PADA JAM AWAL DAN JAM AKHIR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS II SMKN 8 SURABAYA – 02
  120. STUDI TENTANG PENGARUH JENIS EVALUASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS II DI SLTPN 27 SURABAYA – 03
  121. ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRAPESIUM DI KELAS II CAWU I SLTPN 12 SURABAYA – 01
  122. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI YANG DIAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI DAN YANG DIAJAR DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS II SLTPN 23 SURABAYA – 02
  123. PENGARUH PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS II SDN KAPASARI IX SURABAYA – 01
  124. STUDI TENTANG PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SD WONO KUSUMO JASA SURABAYA – 01
  125. STUDI KORELASI ANTARA NILAI UJIAN AKHIR SD DENGAN NILAI SELEKSI MASUK SLTP PADA SLTP I PANDAK TAHUN 2002/2003 – 02
  126. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIBERI TUGAS SECARA KELOMPOK DENGAN YANG DIBERI TUGAS SECARA INDIVIDUAL PADA SISWA KELAS I SLTPN 21 SURABAYA DENGAN POKOK BAHASAN BILANGAN CACAH TAHUN AJARAN 2001-2003 – 02
  127. PENGARUH LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I SMU MUHAMMADIYAH I NGANJUK – 02
  128. KORELASI ANTARA NILAI EBTANAS MURNI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SLTP BIKI GUBENG SURABAYA – 01
  129. HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SMU BARUNAWATI SURABAYA TAHUN AJARAN 2001/2003 – 02
  130. PENGARUH PELAJARAN TAMBAHAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SLTP PANGLIMA SUDIRMAN SURABAYA – 02
  131. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA NILAI MAHASISWA DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN METODE LOG LINIER – 00
  132. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI TUGAS KELOMPOK DAN YANG DIBERI TUGAS INDIVIDU PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS IV SDN MANUKAN WETAN I/114 TANDES SURABAYA – 01
  133. PENGARUH PENGUASAAN BAHASA INDONESIA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN VOLUME DAN LUAS SISI BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS 3 SLTPN I SURABAYA – 02
  134. ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV-C CAWU III PADA PENGERJAAN SOAL-SOAL CERITA DI SD KATHOLIK SANTO CAROLUS SURABAYA TAHUN AJARAN 200/2001- 02
  135. PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS I DI SLTPN 26 SURABAYA – 01
  136. STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I DI SMU SEJAHTERA I SURABAYA – 03
  137. HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN OVER HEAD PROJECTOR (OHP) DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN OHP PADA SISWA SLTPN 17 SURABAYA TAHUN AJARAN 2000/2001 – 02
  138. PENGARUH INTERAKSI SOSIAL LINGKUNGAN TAMAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SLTPN 2 TAMAN SIDOARJO – 03
  139. STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN METODE KARTU KERJA DENGAN METODE TRADISIONAL DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS I DI SMKN 3 MALANG – 02
  140. STUDI KORELASI SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS I SMU ISLAM PARLAUNGAN WARU SIDOARJO – 03
  141. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN GEDANG KULUT CERME GRESIK – 02
  142. STUDI PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DI SERTAI PERTANYAAN KELOMPOK DAN YANG DISERTAI PERTANYAAN PERORANGAN DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS II SMP MA’ARIF BENTENG TAHUN 2000/2001- 01
  143. PENGARUH FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SDN TAPAAN KEC. BANYUATES KAB. SAMPANG – 02
  144. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE CERAMAH DAN TUGAS DI KELAS II SLTPN 21 SURABAYA – 02
  145. STUDI TENTANG PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI DI SERTAI TUGAS-TUGAS DENGAN METODE CERAMAH DI SERTAI TUGAS-TUGAS KELAS I PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER DENGAN SATU PEUBAH DI SLTP BARUNAWATI SURABAYA – 02
  146. PROGRAM LINIER UNTUK MENENTUKAN PENDAPATAN MAKSIMUM PADA INDUSTRI ROTAN UD. DINAMIKA GRESIK TAHUN 2001 – 02
  147. PENGARUH FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SDN KAPASAN VI SURABAYA – 01
  148. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN TANPA PEMBERIAN TUGAS BELAJAR SISWA KELAS I SDN PENELAN I/304 SURABAYA – 04
  149. STUDI KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS I SLTPN 24 SURABAYA – 01
  150. PENGARUH PR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGITIGA PADA SISWA KELAS I DI DLTPN I CEPU – 02
  151. PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA/MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR SISWA BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA KELAS IV SD MEDUKAM AYU I/270 RUNGKUT SURABAYA – 01
  152. KORELASI PENGUASAAN BAHASA INDONESIA TERHADAP PENYELESAIAN SOAL-SOAL CERITA PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS II-C SLTP KEPAJEN I SURABAYA TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  153. STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SOAL CERITA DI KELAS II CAWU I TAHUN 1999/2000 SDN KEDANG SARI IV SURABAYA – 01
  154. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BERDASARKAN UMUR MASUK KELAS I SD PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SDN MASANGAN WETAN III SUKODONO SIDOARJO – 03
  155. ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VI SDN KLITIK III GENENG NGAWI DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERUKURAN WAKTU TAHUN AJARAN 2002/2005 – 03
  156. STUDI PERBANDINGAN NILAI MATEMATIKA SISWA YANG AKTIF DALAM KEORGANISASIAN SEKOLAH KELAS II SLTPN 24 SURABAYA TAHUN 2001 – 01
  157. PENGARUH PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS I SMU TAMAN SISWA MOJOKERTO – 01
  158. STUDI BANDING PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA MASUK PAGI DAN SORE KHUSUS KELAS IV SDN BABAT JERAWAT II/498 SURABAYA TAHUN AJARAN 1999/2000 – 01
  159. KOSONG
  160. PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD POKOK BAHASAN BANGUN DATAR ATAU RUANG – 02
  161. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA DI SLTPN 39 SURABAYA DENGAN SISWA DI PONDOK PESANTREN AR NATIKAH - 02
  162. PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTP KEPAJEN I SURABAYA – 02
  163. PENGARUH LATIHAN EBTANAS TERHADAP NILAI EBTANAS MURNI BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SDN TEMBOK DUKUH 1986 BUBUTAN SURABAYA – 01
  164. STUDI TENTANG PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUGAS DAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN STATISTIK DAN STATITISKA DI SMU TAMAN MADYA PROBOLINGGO – 03
  165. STUDI TENTANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II DI SMU SEJAHTERA I SURABAYA – 02
  166. PENGARUH PEMBAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN PARABOLA SISWA KELAS III SMU DHARMA WANITA I SIDOARJO CAWU II TAHUN AJARAN 1999/2000 – 01
  167. PENGARUH TERSEDIANYA FASILITAS BELAJAR DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SLTPN 22 SURABAYA – 01
  168. STUDI HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR KOMPUTER SISWA KELAS II-A SLTPN I BANGKALAN PADA CAWU 2 TAHUN 1999/2000 – 01
  169. PENGARUH PENGGUNAAN LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PARA SIWA KELAS I SMKN 8 SURABAYA TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  170. STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBERIAN TUGAS YANG DIBAHAS DENGAN TUGAS YANG TIDAK DIBAHAS
  171. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN EKSPOSITORI PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DENGAN DUA PEUBAH DI KELAS I SMKN 2 PONOROGO – 03
  172. PENGARUH PROGRAM REMEDIAL TERHADAP PENINGKATAN HASIL KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DI SLTPN I BERJENG KAB. GRESIK – 02
  173. STUDI TENTANG PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS SECARA KELOMPOK DAN INDIVIDU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I MTS IQBAL NOER TAMAN SIDOARJO – 01
  174. PENGARUH FREKUENSI EVALUASI MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SMKN 3 KEDIRI – 03
  175. STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA YANG BELUM BEKERJA DENGAN MAHASISWA YANG SUDAH BEKERJA PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK UMUM PGRI ADI BUANA SURABAYA – 01
  176. STUDI KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN SEDATI GEDE SIDOARJO
  177. PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 5 SD AL FALAH SURABAYA TAHUN 2001
  178. PENERAPAN SISTEM LINIER DALAM MENENTUKAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA INDUSTRI TAS DI TANGGULANGIN SIDOARJO – 02
  179. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPOSITORI SISWA KELAS I SLTP 3 WONOSARI GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2002/2003- 02
  180. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN LATIHAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SMA MUHAMMADIYAH PONJONG GUNUNG KIDUL – 03
  181. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI SISWA TENTANG CARA MENERANGKAN GURU MATEMATIKA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGITIGA PADA SISWA KELAS I SEMESTER II SLTPN SUMESTER KEC. WINDUSARI KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN 2002/2004 – 04
  182. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA EKONOMI YANG MENGGUNAKAN PRE TEST DAN POST TEST PADA SISWA KELAS II SEMESTER SMK BUDIARTI CIREBON TAHUN AJARAN 2004/2005 – 04
  183. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN SISTEM PENGAJARAN MODUL DENGAN NON MODUL DALAM POKOK BAHASAN PERBANDINGAN PADA SISWA KELAS II SLTPN I GOMBONG TAHUN AJARAN 2000/2001 – 01
  184. STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH GURU DAN YANG MEMPEROLEH TUGAS BESITASI SISWA KELAS I CAWU 3 SLTPN 2 ULU JAMI KAB. PEMALANG TAHUN AJARAN 2000/2001- 01
  185. HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I TAMAN DEWASA SE-KODYA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2000/2001- 01
  186. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GARIS-GARIS SEJAJAR SISWA KELAS II SMPN SE-KECAMATAN PLERET BANTUL TAHUN 2002/2003 – 02
  187. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN RUMUS-RUMUS SEGITIGA DALAM TRIGONOMETRI SISWA KELAS I CAWU II MAN DI KAB. SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2001/2002 – 02
  188. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERHITUNG, MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN KPK DAN FPB SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-GUGUS II KEC. IMOGIRI KAB. BANTUL TAHUN AJARAN 2002/2003 – 03
  189. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIK PERSEPSI SISWA TERHADAP LATIHAN YANG DIBERIKAN GURU DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS I SEMESTER I SLTPN SE-KECAMATAN SEYEGAN KAB. SLEMAN TAHUN 2003/2004 – 04
  190. HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA DAN KETRAMPILAN OPERASI HITUNG DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS I SEMESTER III SLTPN SE-KECAMATAN NGAWEN KAB. KLATEN TAHUN 2003/2004 – 04
  191. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, PERHATIAN ORANG TUA DAN KEMAMPUAN BERHITUNG DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PANGKAT RASIONAL SMU TAMAN MADYA SE-KODYA YOGYAKARTA TAHUN 2004/2005 – 05
  192. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN HIMPUNAN SISWA KELAS I SEMESTER I SMPN SE-KECAMATAN MANIS RENGGO KAB. KLATEN TAHUN AJARAN 2004/2005 – 05
  193. HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERHITUNG DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SUDUT SISWA KELAS V SD NEGERI SEDAYU II MUNTILAN KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN 2003/2004 – 04
  194. HUBUNGAN KEMAMPUAN DASAR NUMERIK DAN KEAKTIFAN SISWA BERORGANISASI / EKSTRAKURIKULER DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KEALS 2 SMP NEGERI 2 KALIJAJAR KAB. WONOSOBO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2003/2004 – 04
  195. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL, FASILITAS BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS I SLTP TRISULA SALAM KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN 2003/2004 - 04
  196. HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SEMESTER I SLTP MUHAMMADIYAH MUNTILAN TAHUN AJARAN 2003/2004 – 04
  197. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL MINAT BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT SISWA KELAS I SEMESTER I SMAN 3 BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004 – 04
  198. HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN BAHASA INDONESIA DAN KETERAMPILAN HITUNG DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD KANISIUS SE-KELURAHAN PURWOMARTANI KEC. KALASAN TAHUN AJARAN 2004/2005 – 04
  199. SIFAT-SIFAT HAMPIR GREI ANGANGG – 05
  200. OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SMPN 4 YOGYAKARTA KELAS VIII-D PADA MATERI MENGHITUNG KELILING DAN LUAS LINGKARAN – 07
  201. IMPLEMENTASI METODE CERAMAH TANYA JAWAB DISKUSI DAN PENUGASAN DALAM PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI MAHASISWA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI – 06
  202. PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS KELOMPOK YANG TERKONTROL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II CAWU I SLTPN 2 GIRI SUBO TAHUN AJARAN 2001/2002 - 02
  203. PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM MENGAJAR MATEMATIKA SUB MATA PELAJARAN GEOMETRI PADA POKOK BAHASAN SIMETRI SISWA KELAS I SLTPN 30 SURABAYA – 01
  204. PERCOBAAN DENGAN FAKTOR ACAK – 07
  205. PENERAPAN MEDIA BINGO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA KELAS I PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SANGONAH IV GODEAN SLEMAN
  206. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL MOTIVASI BELAJAR DAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SEMESTER II SLTPN SE-KECAMATAN PURING KAB. KEBUMEN TAHUN AJARAN 2003/2004 - 04